Parahyangan Istana Para Dewa

Parahyangan adalah kata yang populer di masyarakat Jawa Barat, bahkan digunakan untuk nama universitas, hotel, resto, transportasi dan lainnya. Sisi lainnya kata ini adalah nama ini juga bagian sejarah tentang kerajaan di daerah Pasundan.

Pengertian lainnya di Jawa Barat adalah pengelempokkan daerah – daerah tertentu. Dari informasi wilayah yang umumnya dimasukkan kedalam Parahyangan adalah Bandung Raya, Cianjur, Sukabumi, sebagian Bogor, Purwakarta, Sumedang, Indramayu barat daya, Ciamis, Banjar, Subang selatan, Garut, dam lainnya.

Sementara kata Parahyangan juga populer di Bali, segala sesuatu yang berhubungan dengan pura, dewa dan niskala. Pada konteks ini adalah hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan atau Sang Pencipta.

Visi Kami

Parahyangan atau Pura tidak saja untuk persembahyangan, bisa juga untuk Tirta Yatra dan Dharma Yatra. Atau bisa saja untuk mencari pemandangan baru, dengan banyaknya pura di sekitar kita. Apalagi beberapa pura di Jabodebabek mempunyai sesuatu yang khusus, misalnya kuliner. Tentu ada beberapa parahyangan atau pura yang kadang belum kita ketahui, web ini akan memberikan sedikit tambahan informasinya.

Siapa Pengurus Parahyangan?

Pengurus Parahyangan ataupun Pura biasanya pengempon atau umat yang ada di sekitarnya. Di beberapa Pura di Jabodebabek menyebutnya dengan pengempon atau langsung ditangani oleh Banjar – banjar masing – masing. Melalui web ini mungkin bisa membantu menyambungkannya dengan pengurus pura jika membutuhkan kunjungan untuk persembahyangan. Pura, dilaksanakan kegiatan harian oleh Pengurus Pura (pengempon).

Apa Saja Kegiatannya?

Hampir semua pura atau parahyangan akan melaksanakan hari besarnya yang disebut Pujawali atau Piodalan atau Rahina Suci lainnya. Setiap waktu tertentu setahun sekali atau setahu dua kali, beberapa pura akan melaksanakan Pujawali. Selain kegiatan keagamaan, beberapa parahyangan atau pura juga digunakan sebagai tempat pendidikan keagamaan juga kegiatan sosial untuk lingkungan sekitarnya.

Parahyangan Artinya?

Parahyangan berasal dari Bahasa Sunda yang berarti "tempat tinggal para hyang (dewa)" (https://id.wikipedia.org/). Sedangkan di Bali dan tempat lainnya menyebut tempat dewa dengan nama Pura.

Dalam konsep Tri Hita Karana di Bali mengenal tiga unsur, yaitu Parahyangan, Pawongan dan Palemahan. Kata Parayangan atau sekarang lebih sering menyebutnya dengan Prayangan adalah hubungan harmonis dengan Tuhan.

Unsur Parahyangan adalah hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Pawongan adalah hubungan harmonis antar sesama manusia. Palemahan adalah hubungan harmonis antara manusia dengan alam dan lingkungan sekitarnya.

Sehingga kata Parahyangan artinya ketuhanan dan segala hal yang berhubungan dengan pemujaan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa. Penyebutan di Bali menggunakan kata “prayangan” yang intinya merujuk pada Pura atau tempat suci lainnya.

Pura Parahyangan Di Indonesia

Salah satu tempat suci umat Hindu di Jawa Barat adalah Pura Parahyangan Agung Jagatkartta. Bahkan tempat ini di kukuhkan sebagai salah satu Padma Bhuwana nusantara. Konsep penggunaan nama Parahyangan ini di Jawa Barat adalah satu yang berbeda dibanding tempat suci laiinya yang menggunakan nama Pura.

Parahyangan Agung Jagatkartta

Pura Luhur Poten Tengger Jawa Timur

Salah satu parahyangan di Tengger Jawa Timur juga menyebutnya dengan Pura Luhur Poten atau disebut juga Sanggar Agung Poten. Ini adalah pura yang cukup besar yang terletak di bawah Gunung Bromo. Uniknya Pura ini adalah sebagai satu-satunya bangunan yang dibangun di atas padang pasir.